Cartoon by Jitet Koestana

Tuesday, September 18, 2012

Indonesia HumOr Mag IX Edition

There were so many issues related to the goverment, parliament, politicians, policeman, banking, law, campaign scandal, etc,etc. These are genuine political cartoons, caricatures and other cynical editorial cartoons that have been published on Indonesia HumOr Mag (Majalah HumOr Online). Have a nice "journey".


Story Behind the Carpet - Jitet Koestana

Andai Gue Gubernur DKI

Darminto M Sudarmo


Oleh Darminto M Sudarmo

“Bener nih, gue kagak bo’ong,” begitu kata Bang Odi mengawali pembicaraannya ketika kami bertemu. Selama ini dia dikenal suka ngelantur kalau bicara; tetapi ketika wacananya masuk ke topik yang lagi anget, yakni soal pemilihan gubernur, si abang yang nyentrik ini langsung aja bersemangat. Intinya dia juga punya cita-cita soal Jakarta yang menurutnya saat ini jauh dari harapan masyarakat. Apa harapan masyarakat itu?

Sebagai putra Betawi asli, Bang Odi mengaku juga punya impian; setidaknya impian bagi warga Betawi umumnya. Saya sih percaya saja, apakah dia hanya sekadar mengklaim atau memang benar-benar menjadi “Penyambung Lidah” warga Betawi, tak penting lagi untuk diperdebatkan. Yang menarik dan terpenting adalah impian apa saja yang akan dia lakukan seandainya dia menjadi Gubernur DKI.

Humor-humor Tokoh Indonesia

Darminto M Sudarmo


PENYANYI dangdut, Evie Tamala, beberapa waktu lalu pernah terang-terangan mengaku mengagumi Amien Rais karena tiga alasan; pertama, Amien itu orangnya lucu; kedua, pinter dan ketiga karena berani. Mengapa kata lucu harus diletakkan pada pilihan pertama? Benarkah Amien lucu? Anda dapat mengukur fakta itu sesuai kepekaan rasa humor masing-masing. Di televisi, seminar atau dalam percakapan sehari-hari, mudah dijumpai Amien sangat suka menggunakan idiom plesetan; tak peduli itu bahasa asing maupun bahasa daerah (Jawa); sehingga nuansa pembicaraannya terkesan lebih segar, basah dan akrab.

Friday, June 1, 2012

Dari Sukhoi, Boeing, Airbus hingga Lady Gaga

Michael Kountouris-Greece
Oleh Darminto M Sudarmo

Sejujurnya melakukan perjalanan dengan naik pesawat terbang itu asyik, asal tidak nabrak gedung, tebing atau gunung. Selain waktu tempuh lebih pendek (dari kereta atau mobil) duduk berlama-lama di bangku pesawat juga bikin bosan dan pantat panas. Umumnya, saat-saat paling mencekam adalah ketika pesawat melakukan takeoff  (tinggal landas) atau landing (turun landas). Saat-saat seperti ini, bila dapat dilampaui dengan aman, hati terasa lega. Di luar kedua peristiwa tersebut, untuk pesawat komersial sebenarnya penumpang boleh melepas sabuk pengaman, lalu ada yang ngobrol, tidur, bengong, ke kamar kecil atau sibuk menyantap hidangan yang dibagikan. Tak ada ceritanya lalu cari-cari masalah dengan melewati rute yang berbahaya dan menantang. Seharusnya begitu.


Begitu pula logika yang ada di benak pemilik industri pesawat terbang. Mengingat pentingnya pesawat bagi mobilitas orang sedunia, yang butuh kecepatan, kenyamanan dan keamanan, maka apapun yang pernah terjadi, the show must go on. Pesawat-pesawat terbaru dan tercanggih harus tetap diproduksi karena itu memang dibutuhkan. Dua brand yang hingga kini merajai industri pesawat komersial dunia adalah Boeing dan Airbus. Kompetisi di antara mereka berdua juga seru. Keduanya bisa disebut pemilik duopoli saat ini.
Apa bedanya kedua pesawat ini? Boeing, baik seri 747 atau 777 senyaman dan seaman apapun tetap berbeda dengan Airbus A380 atau A350 di mata konsumen yang semakin kritis dan rewel. Selain Airbus berbadan lebih lebar secara teknologi juga lebih high end. Kenyamanan itu akan terasa sekali kalau Anda memiliki postur tubuh di atas rata-rata normal alias gendut; jika melihat ruang duduk pesawat yang kecil dan sempit, langsung saja membuat si empunya tubuh merasa kejepit; apalagi kalau sudah mengenakan sabuk pengaman, napas serasa berhenti dan badan langsung tak berkutik. Lha Airbus, yang menjanjikan kenyamanan bus udara, setidaknya memang bisa dirasakan kelebihannya. Tak peduli apakah pesawat itu memuat 150 atau 500 penumpang. Ini beda sekali dengan pengalaman ketika kita naik pesawat berbadan kecil, kita merasa dimasukkan ke dalam kotak (maaf, peti mati), lalu dilemparkan ke udara. Bayangkan bagaimana rasanya?
Di Airbus, perasaan lega dan nyaman memang terasa. Beberapa waktu lalu, dalam perjalanan dari Denpasar ke Jakarta dengan Garuda Airbus (A330-330 dengan kapasitas 257 seats) , saya melihat beberapa kursi yang kosong. Pada baris tengah, pada deretan 5 kursi terlihat penumpangnya hanya seorang, akhirnya saya senyum dalam hati waktu melihat penumpang itu memanfaatkan penerbangannya dengan tidur mendengkur di seluruh permukaan seat kayak tiduran di bangku terminal saja. Asyik. Terbukti, Airbus memang nyaman, kan? Begitulah, kompetisi dua raksasa industri penerbangan komersial tersebut terus berlomba meningkatkan daya pikatnya. Tak pelak bila sejarah langsung mencatat persaingan antara Boeing (Amerika Serikat) dan Airbus (konsursium Eropa) tergolong ketat dan seru.
Di tengah deru kompetisi dua produk pesawat komersial dunia yang memiliki riwayat pasang surut pasar itu, kehadiran Sukhoi Superjet 100 komersial (Rusia) yang mengusung ambisi besar untuk menembus duopoli Boeng-Airbus dapat diraba dari pernyataan Captain Alexander Yablontsev sehabis terbang perdana Sukhoi 19 Mei 2008, ”Ini pesawat tercanggih dan terbaik saat ini. Dapat terbang di landasan yang kurang baik, karena memiliki daya dorong mesin kuat sehingga kondisi jelek itu bukan halangan untuk mengudara. Masa depan Industri Dirgantara Rusia akan cerah setelah lahirnya Sukhoi Superjet 100 ini.” Dan ternyata ambisi itu menjadi sangat terganggu setelah peristiwa naas yang dialami Sukhoi pada 9 Mei 2012. Sebagaimana banyak diberitakan media, Captain Alexander Yablontsev gugur dalam tugas bersama pesawat Sukhoi superjet 100. Pada 9 Mei 2012, pukul 14.12 pesawat kehilangan kontak dan ditemukan sebagai puing-puing berserakan keesokan hari karena menabrak tebing berkemiringan 85 derajat di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Pesawat itu, ditemukan Tim Basarnas pada 10 Mei 2012.
Produk industri penerbangan hampir sama saja dengan produk ayam goreng. Cedera popularitas, cacad citra, gangguan image, sedikitnya juga berpengaruh pada pertimbangan akal sehat konsumen. Setidaknya ketika trauma ketidaknyamanan itu belum sirna. Masyarakat pada umumnya nyaris tidak mau peduli apakah akibat kecelakaan pesawat itu karena human factor atau technical factor. Nasib sial Sukhoi yang sangat mendadak dan tidak terduga itu, gaungnya belum juga surut hingga kolom ini ditulis. Spekulasi tentang siapa yang salah pun merebak dan berhamburan ke mana-mana. Tak terkecuali spekulasi “jahat” yang menjahili kemungkinan tentang adanya “sabotase” dari pihak pemilik duopoli yang menyewa “agen-agen”-nya untuk mengakhiri demonstrasi Sukhoi yang dapat memecah konsentrasi pasar produk mereka di Indonesia. Dunia oh dunia...!!!!
Dunia juga...yang membuat Lady Gaga gagal melakukan tour di Indonesia. Berbeda dari banyak stigma tentang Lady Gaga yang dikhawatirkan sekelompok masyarakat kita (terutama soal ke-yahudiannya—keluarganya penganut Katolik Roma), berbeda pula kenyataan yang sesungguhnya ada pada diri gadis kidal bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini (lahir di New York City pada 28 Maret 1986, dari keluarga campuran Italia-Amerika). Seperti diberitakan, Ia belajar bermain piano sejak umur empat tahun, menulis lagu piano pertamanya pada usia 13 tahun dan tampil secara open mike pada umur 14 tahun. Ia mengaku dari keluarga tidak mampu, “Ibuku bekerja dari jam delapan pagi sampai delapan malam di luar rumah, dalam bidang telekomunikasi, dan begitu pula ayahku."
Mengawali kariernya sejak tahun 2006, penuh tanjakan dan turunan sehingga bentuk kesenian yang hampir jadi dan menjadi pijakannya justru di tahun 2007. Sebenarnya kalau dibilang perjalanan kariernya serba gampang karena “menjual” erotisme dan keanehan, belum tentu benar juga karena sebagaimana banyak aktris lain yang mencapai tangga popularitas tinggi dan sukses sebelumnya juga mengalami peristiwa jatuh bangun. Gaga remaja, dalam masa pencariannya juga begitu. Dia telah melewati tahap-tahap bekerja sama dengan banyak pihak, tetapi semua berujung pada kekecewaan hatinya yang terdalam, hingga ia balik ke orang tuanya, larut dalam dunia dugem, obat-obatan, melakukan pentas di bar, kelab malam dan seterusnya.
Setelah pindah ke Los Angeles pada 2008, albumnya The Fame, gabungan dari genre musik yang berbeda-beda, mendapat sambutan positif dari kritikus kontemporer. Diberitakan kemudian album itu memuncak di nomor satu di Inggris, Kanada, Austria, Jerman, Swiss dan Irlandia, dan puncak-lima di Australia, Amerika Serikat dan lima belas negara lain. Di seluruh dunia, The Fame telah terjual lebih dari empat belas juta kopi. Singel pertamanya "Just Dance" menduduki puncak tangga lagu di enam negara-Australia, Kanada, Belanda, Irlandia, Inggris, dan Amerika Serikat-dan kemudian menerima nominasi Grammy Award untuk Rekaman Dansa Terbaik.
Ini artinya, kalau kemudian kreasi dan pilihannya yang eksentrik dan provokatif itu disebut sebagai salah satu mainstream untuk jenis musik yang digandrungi masyarakat saat ini, sebenarnya bermula dari hal yang mengalir dan intuitif; seperti tertulis dalam uraian berikut ini: Gaga sangat dipengaruhi oleh artis glam rock seperti David Bowie dan Freddie Mercury dari band Queen, serta artis dance-pop seperti Madonna dan Michael Jackson. Lagu Queen "Radio Ga Ga" menginspirasi nama panggungnya, "Lady Gaga" (bermula dari lafaz Radio Gaga yang dimain-mainkan atau dipelesetkan akhirnya menjadi Lady Gaga-Red). Dia berkomentar: "Saya memuja Freddie Mercury dan Queen yang telah mempunyai hit "Radio Gaga". Itulah mengapa saya mencintai nama tersebut. Freddie sangat unik—salah satu tokoh terbesar di sejarah musik pop."
Gaga juga sering dibanding-bandingkan dengan Madonna. Ia sendiri menyatakan, "Tidak seorang pun penggemar Madonna yang lebih memuja dan mencitainya melebihi saya. Saya adalah penggemar terbesarnya, baik secara pribadi maupun profesional." Penyanyi lain yang juga menginspirasi Gaga di antaranya adalah Whitney Houston, Britney Spears, Grace Jones dan vokalis Blondie Debbie Harry.  Dalam sebuah wawancara dengan Yahoo! Singapura, saat ia menjawab banyak pertanyaan dari media, dia menyatakan Cyndi Lauper adalah seseorang yang ia kagumi, dan dia menyatakan ia merupakan alasan albumnya, Born This Way, lebih berjenis musik rock. Dia juga mengatakan ingin albumnya menjadi milik para fans, karena mereka bereaksi lebih kuat saat mendengar lagu rock dibanding pop, dan akhirnya itu menjadi alasan baginya memberi elemen rock pada albumnya.
Kontroversi yang kemudian berkembang dan menimbulkan berbagai tafsir (khususnya di negeri ini), termasuk kesalahpahaman, ketumpangtindihan persepsi, ketika penampilannya juga mengeksplorasi ikon fashion yang ganjil dan atraktif, adegan-adegan erotik (termasuk paham bi-seksual, dia dengan sadar merawat dukungan dari kaum gay dan mengaku akan menjadi “pembela” terdepan mereka), serta konsep lagunya yang banyak melihat sisi gelap dari dunia pertunjukan dan ketenaran. Pengalaman pahitnya dengan bekas pacar semakin mempertegas konsep dan kengerian kreasinya sehingga ia mendapatkan julukan si Monster Kecil. Pengakuan keberhasilannya pun berlimpah ruah; penghargaan yang diterimanya pun datang dari berbagai penjuru. Dia memang sosok yang berkarakter.
Pertanyaan akhirnya adalah, moralitas seperti apa sebenarnya yang ditakutkan dari Si Monster Kecil ini? Mungkin kita jarang melihat persoalan ini dari sisi psikologis; Si Stefani, gadis ini, seperti halnya kreator atau seniman lain, sudah tentu memiliki kegelisahan, ketakutan, kekuatan, keinginan, kebencian, kecintaan dan talenta; seperti kata penyair J Keats, setiap seniman (apakah ia pencipta lagu, pelukis, pengarang, kartunis, pelawak, penyanyi dan lain-lainnya) memiliki “harta” yang bernama negative capability (kekuatan negatif); harta inilah yang menjadi pendorong lahirnya daya cipta dan kreasi.
Jadi kalau Lady Gaga atau Stefani punya kesadaran, bahwa sesuatu yang biasa-biasa saja, yang ikut-ikutan mau ditawarkan ke forum pencinta musik dunia, forum yang keras kompetisinya, hasilnya tentu pepesan kosong belaka; sesuatu yang akan lewat bagai angin lalu. Dalam suatu pengakuannya, ia pernah mengatakan rela untuk makan kotoran sekalipun asal omongannya didengar, asal pertunjukannya dilihat orang. Itulah si eksentrik Stefani. Layakkah kita memprovokasi sikap dan pilihannya dalam kesenian untuk tampil baru dan beda, padahal itulah kredo yang seharusnya dimiliki semua kreator atau seniman lain kalau kehadirannya ingin dianggap ada?

Semarang, 30 Mei 2012

Darminto M Sudarmo adalah penulis beberapa buku humor dan pendiri KOKKANG, Kaliwungu Cartoonist Association, Indonesia.



Indonesia HumOr Mag 006 - Majalah HumOr edisi 006


Menakar moralitas dalam dunia seni dan pertunjukan adalah hanjriiiitttt! (istilah Heru S. Sudjarwo). Maksudnya kurang lebih seperti upaya mencumbu angin dan menyetubuhi badai. Seperti melacak AD-ART ideologi Ewes-ewes. Mencari pasal, mencari ayat yang kemudian terbang ketika orang bersendawa lalu bablas logikanya. Persoalan keamanan itu tanggungjawab polisi, iya; nenek-nenek juga tahu. Persoalan moralitas dan keadaban adalah tanggungjawab para ulama dan agamawan, iya itu sudah seharusnya. Tetapi persoalan moralitas dalam kesenian, bukan polisi bukan ulama dan agamawan yang punya domain; domain itu ada di dalam Dewa Estetika, Bathara Kredo dan Sang Hyang Kreativitas. Dan semua itu..lihat selengkapnya!

Dunia seni dan pertunjukan -- khususnya sejak geger soal Lady Gaga yang berujung tidak lucu itu, digelontorkan dalam media ekspresi yang jarang disentuh majalah, yaitu dalam bentuk audio-visual. Kebetulan saja media ini online, sehingga hal yang rumit dihadirkan di media cetak itu kini dapat dengan mudah dan  makjegagik serta gembrudug muncul di HumOr edisi ini. Bagi penggemar Wayang Kampung Sebelah, Dangdut Maut maupun Dangdut Koplo, kini dapat menakar seberapa hebat sebenarnya Lady Gaga itu, atau justru seberapa konyol kita membanding-bandingkan kesenian kita dengan Si Monster Kecil itu?

Selain misteri Hambalang dan carutmarut dunia perpolitikan kita, kali ini juga banyak menyitir soal Jakarta, yang Juli nanti bakal punya gawe penting, mengadakan pemilihan gubernur dan wakilnya. Mudah-mudahan saja ada tokoh semacam Bang Ali pada zamannya. Tokoh yang cocok untuk zaman sekarang. Tokoh yang mampu menggerakkan potensi masyarakat Jakarta sehingga selain menjadi masyarakat kosmopolit yang elegan dan berbudaya, juga mampu merebut kembali jiwa luhur bangsa kita yang manusiawi, santun dan berbudi baik.

Masih banyak materi unik dan sulit ditemukan di lapak-lapak majalah atau koran, dari kartun, joke, foto lucu hingga semburan kekonyolan yang nyaris sulit dicerna akal, tetapi di HumOr ini, mudah-mudahan Anda mendapatkannya dengan mudah dan nyaman.

Selamat menikmati, semoga Anda menderita kebahagiaan! Silakan lanjut .....klik di sini!

Thursday, May 17, 2012

Indonesia HumOr Mag 005 - Majalah HumOr edisi 005

Gaji
Mula-mula orang mengenalnya sebagai upah, lalu pendapatan, lalu salary. Tapi orang sekarang lebih suka dengan istilah take home pay. Artinya, gaji yang bersih dan berwibawa.

Naik
Kelakuannya bisa ditebak; kalau ia berhubungan dengan gaji, orang jingkrak-jingkrak kegirangan, tapi kalau berkaitan dengan harga kebutuhan sehari-hari, langsung orang mencak-mencak kegerahan.

Harga
Sebenarnya ia netral dan fleksibel; celakanya, justru karena begitu itu, nasibnya lebih banyak susah dan jadi kambing hitam.

Disesuaikan
Cara halus untuk menonjolkan kesan, betapapun sakitnya "siksaan" harga naik, kalau diucapkan dengan santun dan berbudi, rasanya pasti lain, deh.

Bengong
Cara terbaik untuk merespon pameran lomba kejar-mengejar antara gaji dan harga naik!

Proteksi
Perlindungan pemerintah terhadap swasta dalam bidang niaga. Berhubung kesepakatan APEC: perlu adanya persaingan terbuka di pasar bebas, istilah itu langsung jadi masa lalu, gitcuuu!


Proposal
Benda ini repot membuatnya, tapi sekarang citranya lebih banyak jadi bahan guyonan.

Problem
Penggemar bidang ini biasanya suka ngomong, "No Problem" ke orang lain dan memang betul; karena, dia sendirilah yang menjadi biang segala masalah.

Ekonomi
Ilmu mengenai asas-asas pemanfaatan uang, tenaga, waktu, usaha dan sebagainya dengan idealisasi: modal dengkul untung berkarung-karung.

Ekonomis
Bersifat hati-hati di pengeluaran; tapi di pemasukan, ramahnya minta ampun.

Ekonom
Mestinya sih, ahli ekonomi; tapi kalau lagi sakit gigi, bawaannya marah-marah melulu.


Ekosistem
Lingkaran lucu: si kuat memangsa si lemah, tapi pada batas tertentu yang terjadi justru, si "lemah" memangsa si "kuat".

Eko
Emang apa lagi kalau bukan nama orang? Lagian artinya pun: cuma atuk!

Listrik
Sering diartikan bolam. Kalau bolamnya tidak nyala, orang bilang, "Wah, listriknya mati!"

Katoda
Tak ada hubungannya dengan Kateda. Kalau dipaksa juga artinya adalah: karate tonaga dasar.

Anoda
Sama dengan katoda, cuma jenis kelamin arusnya beda. Lha, Afrizal Anoda, lain lagi; ia, pernah main film.

Setrum
Perkawinan antara anoda dan katoda; kalau dipencet berbunyi: wouwwwwww!!!

Naik
Alasannya selalu berbunyi: berhubung kebutuhan bahan-bahan baku meningkat dan adanya laju inflasi, maka dengan ini: kami naik!

Turun
Ah, mustahil!

Swasta
Bukan negeri, bukan juga negara. Jadi...ya artinya begitu itu.

Kredit
Kredit adalah pinjaman lunak atau keras oleh bank atau perseorangan dengan jaminan: beres, deh!

Macet
Kredit macet adalah kredit yang ketahuan macet. Yang tidak, ya tenang-tenang saja.

Bank
Bank adalah terminal tempat uang nasabah datang dan pergi dengan aturan main tak lebih lucu dari terminal bus kota.

Referensi
Referensi adalah jaminan sakti meskipun abstrak, namun pengaruhnya, bisa membuat gemetar para bankir.

Bankir
Bankir adalah penguasa bank, meskipun pada praktiknya, ia adalah pelaksana dari sejumlah memo, referensi dan katebelece lainnya.

Suksesi
Suksesi adalah kata lain untuk: gantian, dong!

Sukses
Sukses adalah suka-suka terus walau ada ekses.

Sesi
Sesi adalah bagian daripada kesatuan. Isinya, obrolan yang bikin risi.

Seksi
Seksi adalah bagian daripada kesesatan. Penyebabnya, padat dan berisi.

Seks
Seks adalah bagian daripada lelucon. Suka ngelantur dan agak brengseks.

Sarjana
Konon sih termasuk kelompok orang-orang pandai, walaupun tidak selalu harus pandai menciptakan pekerjaan.

Balada Penganggur
Sungguh malang, sudah tak punya penghasilan; ketambahan lagi tak punya hari libur.

Pemeras
Sejak tugasnya digantikan mesin cuci, apa boleh buat, cari korban lain.

TKI
Kelompok manusia pemberani; berani menderita, berani makmur, berani miskin dan berani mati!

Oknum
Tugasnya selalu jelas: cari untung dari kemalangan pihak lain.

Dan banyak lagi lelucon "pahit" lainnya. Juga kartun opini yang menggelitik, foto lucu, kolom segar, gambar penuh kelakar dst dst. Selamat menikmati, semoga Anda menderita kebahagiaan!

Would you like to check it out? Please click here!


Indonesia HumOr Mag 004 - Majalah HumOr edisi 004

“KENAPA Presiden berani mengambil keputusan yang tidak populer padahal biasanya ia sangat berhati-hati menjaga citra?”
“Gitu aja kok heran, kan sudah jelas tahun 2014 dia tak boleh nyalon lagi?”

“HARI ini DPR akan mengambil keputusan pleno terkait rencana Pemerintah menaikkan harga BBM, menurutmu mereka menolak atau menerima?”
“Kalau kujawab maka rakyat akan menangis pilu; kalau tidak kujawab, rakyat akan mengurut dada sambil bersimbah air mata; apa itu ada manfaatnya bagi kita yang bukan anggota dewan?”

"APAKAH Anda berencana jalan-jalan ke luar negeri masa reses nanti, Pak Benny?"
"Ah, tidak. Buat apa merencanakan jalan-jalan di sekitar orang yang tidak ngomong dengan bahasa kita, dan tidak mungkin memilih kita?"

SEBUAH rapat umum digelar oleh Partai Kambing Congek, di suatu tempat. Di antara pengunjungnya terlihat seorang bocah laki-laki menuntun empat ekor anak kucing untuk dijual.
Tiba-tiba seorang laki-laki dari partai tersebut menghampiri si bocah, lalu bertanya, "Apakah ini anak kucing Partai Kambing Congek?"
"Ya, Tuan, tentu."
"Bagus. Kalau begitu, aku beli dua ekor."
Kira-kira seminggu kemudian, Partai Tikus Berjamaah menggelar rapat partai di tempat yang sama. Di antara pengunjungnya terlihat si bocah menuntun dua ekor anak kucingnya yang belum laku. Cukup lama dia menunggu, namun tak seorang pun berminat membeli kucingnya.
Akhirnya, seorang pengurus partai mendekatinya, dan bertanya, "Hai, Nak, jenis apa kucingmu ini?"
"Tentulah jenis kucing Tikus Berjamaah, Tuan."
Secara kebetulam, pembeli kucing minggu lalu yang pengikut Partai Kambing Congek, melintas di tempat itu dan mendengar jawaban si bocah. Ia segera mencekal leher baju si anak, dan berteriak, "Anak macam apa kau! Seminggu yang lalu kau mengatakan kucing-kucing ini kucing Kambing Congek?!"
"Kemarin memang iya, Tuan," jawab si anak terbata-bata, "namun sekarang tidak lagi. Setelah... mata mereka terbuka!"

Dan banyak lagi lelucon "pahit" lainnya. Juga kartun opini yang menggelitik, foto lucu, kolom segar, gambar penuh kelakar dst dst. Selamat menikmati, semoga Anda menderita kebahagiaan!

Would you like to check it out? Please click here!








Monday, March 5, 2012

Indonesia HumOr Mag 003 - Majalah HumOr edisi 003




Would you like to check it out? Please click here!

Indonesia HumOr Mag 02- Majalah HumOr onlen Edisi 002



Would you like to check it out?